Headline Skullers HMFT

Friday, December 25, 2009

tugas fisbang visual

lanjut ah, sekarang tugas mengenai keadaan visual atau pencahayaan

Topik : LED

LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elektronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED digunakan pada televisi, komputer, pengeras suara (speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat elektronik lainnya sebagai indikator bahwa sistem sedang berada dalam proses kerja, dan biasanya berwarna merah atau kuning. LED didefinisikan sebagai salah satu semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. LED merupakan perangkat keras dan padat (solid-state component) sehingga unggul dalam hal ketahanan atau durability. LED memiliki berbagai kelebihan, yaitu :

· LED memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain, dimana LED lebih hemat energi 80 % sampai 90% dibandingkan lampu lain.

· LED memilki waktu penggunaan yang lebih lama hingga mencapai 100 ribu jam.

· LED memiliki tegangan operasi DC yang rendah.

· Cahaya keluaran dari LED bersifat dingin atau cool (tidak ada sinar UV atau energi panas).

· Ukurannya yang mini dan praktis.

Dari semua keunggulan di atas, LED memiliki kelemahan, yaitu :

· Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gangguan elektrik pada LED.

· Harga LED per lumen lebih tinggi dibandingkan dengan lampu lain.

Kelemahan dari LED di atas yang menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan cara penerangan biasa dengan lampu pijar maupun neon dibandingkan menggunakan LED.

Lampu Pijar (incandescent lamp) merupakan salah satu jenis lampu yang masih banyak digunakan di Indonesia terutama di kota-kota kecil sebab harganya yang paling murah di antara jenis lampu lain khusunya yang berbahan gas. Lampu pijar menggunakan filament tipis di dalam bola kaca yang hampa udara. Arus listrik mengalir dan memanaskan filament. Pada suhu yang sangat tinggi, cahaya akan berpijar pada filament tersebut. Apabila bohlam bocor dan oksigen menyentuh filament panas, reakis secara kimia akan terjadi sehingga lampu rusak dan tidak dapat digunakan lagi.Lampu pijar saat beroperasi lebih dari 90% energi yang dihasilkan berupa inframerah dan panas, selain itu usianya yang hanya 1000 jam. Jenis lampu lain yang banyak digunakan pada saat ini adalah lampu dengan bahan gas, umunya neon (fluorescent lamp). Lampu ini memerlukan uap merkuri untuk menghasilkan sinar ultraungu (UV light), kemudian diserap oleh fosfor yang melapisi bagian dalam kaca sehingga cahaya akan berpendar. Panas yang dihasilkan lampu jenis ini lebih sedikit daripada lampu pijar, namun masih ada energi yang hilang saat memproses sinar ultraungu menjadi cahaya kasat mata. Untuk saat ini, lampu neon termasuk kategori lampu hemat energi dan banyak dipakai di perumahan dan perindustrian. Lampu neon dapat berusia 10 ribu jam, sepuluh kali usia lampu pijar. Lampu pijar dan neon memilki dampak bagi lingkungan yang cukup berbahaya. Lampu pijar sangat boros dalam efisiensi energi dan cahayanya tidak cukup terang, sehingga di Negara maju lampu ini sudah ajrang digunakan. Kandungan merkuri pada lampu neon tidak baik bagi kesehata manusia maupun lingkungan, dan tingkat efisiensi energi yang rendah membawa pengaruh bagi pemanasan global.

Lampu pijar dan neon tidak dapat digunakan lagi setelah bohlamnya pecah, namun tidak demikian pada lampu LED. LED merupakan jenis solid-state lighting (SSL), artinya lampu yang menggunakan kumpulan LED, benda padat, sebagai sumber pencahayaannya sehingga tidak mudah rusak bila terjatuh atau bohlamnya pecah. Kumpulan LED diletakkan dengan jarak yang rapat untuk memperterang cahaya. Satu buah lampu ini dapat bertahan lebih dari 30 ribu jam, bahkan mencapai 100 ribu jam. LED memiliki 4 macam warna yang kasat mata, yaitu merah, kuning, hijau, dan biru. Untuk menghasilkan warna putih yang sempurna, spectrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan, dengan cara yang paling umum yaitu penggabungan warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. Tabel di bawah ini merupakan penjelasan jenis LED beserta warna, arus dan tegangan maksimum forward bias, luminous intensity (dalam milicandela), panjang gelombang, dan viewing angle.

Keunggulan dan kelemahan lampu LED sama dengan yang terdapat pada LED, namun manfaatnya terasa dalam menekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dunia. Lampu LED berasal dari bahan semikonduktor sehingga tidak diproduksi dari bahan karbon. Apabila lampu LED digunakan di seluruh dunia sebagai pengganti lampu neon dan pijar, maka total energi untuk penerangan dapat berkurang hingga 50%, dan selisih emisi karbon yang dihasilkan dunia bisa mencapai 300 juta ton per tahunnya. Faktor penting lainnya yang menjadi pertimbangan adalah masalah harga, namun saat ini sedang dikembangkan LED dengan harga yang murah.

Gambar 1 Struktur piranti OLED satu warna

Saat ini sedang dikembangkan piranti LED dengan desain menggunakan bahan organic yang disebut dengan OLED (Organic Light Emitting Diode) yang dapat menghasilkan pancaran cahaya dengan umur 6 hingga 10 ribu jam, bahkan telah mencapai 12 ribu jam yang dilakukan para peneliti di Cambridge Display Technology Ltd, Inggris. OLED berkembang cukup pesat, yang awalnya hanya dapat menghasilkan cahaya satu warna sekarang dapat mengeluarkan cahaya dengan dua atau lebih warna. Fenomena ini diperoleh dengan membuat variasi tegangan listrik yang diberikan kepada piranti tersebut, sehingga menuyebabkan OLED memilki prospek untuk menjadi piranti alternatif dalam teknologi tampilan panel datar (flat-panel) yang didasarkan pada Kristal cair (liquid crystal). Prinsip dasar dari piranti electroluminescent ini secara garis besar adalah piranti yang dapat mengeluarkan cahaya dengan warna berdasarlan panjang gelombang tertentu jika diberikan medan listrik. Bagian penting dari OLED adalah lapisan tipis (thin film) yang tersusun dari molekul-molekul organic / polimer yang berfungsi sebagai emitter (pemancar) cahaya dan lapisan elektroda yang disusun secara sandwich. Lapisan tipis bahan organik tersebut dapat dimendapkan dengan teknik yang sederhana seperti spin-coating, sementara itu untuk memendapkan lapisan elektroda digunakan teknik evaporation / sputtering. Lapisan elektroda dibuat dari bahan logam yang transparan atau semi-transparan seperti Indium Tin Oxide (ITO) atau aluminium (Al). Sifat transparan pada elektroda memungkinkan cahaya yang dihasilkan memancar keluar dari struktur piranti secara optimal.

Mekanisme dari cara kerja OLED adalah jika pada elektode diberikan medan listrik, fungsi erja dari elektroda negative (katoda) tersebut akan turun, sehingga electron-elektron dari katoda bergerak menuju pita konduksi di bahan organik. Akibatnya akan muncul hole di pita valensi. Sementara itu elektroda bermuatan positif (anoda) akan meng-injeksi hole untuk bergerak menuju pita valensi bahan organic, sehingga terjadi proses rekombinasi, electron akan turun dan bersatu dengan hole sambil memberikan kelebihan energi sebesar hv dalam

Gambar 2 Proses rekombinasi elektron-hole

bentuk foton cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Struktur piranti OLED yang sederhana seperti pada gambar 1 akan diperoleh satu jenis pancaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu tergantung jenis bahan emitter yang digunakan.

Gambar 3 Skema daripada struktur piranti OLED Multi-Warna.

Piranti OLED yang dapat menghasilkan dua jenis pancaran warna cahaya, contohnya adalah piranti yang di-desain dengan menggunakan lapisanelektroda semi-transparan Mg-Al-ITO yang berfungsi sebagai lapisan untuk meng-injeksi electron bagi pancaran warna Biru, demikian juga sebagai lapisan untuk meng-injeksi hole bagi pancaran warna merah. Warna yang dihasilkan dari piranti tersebut dapat berubah secara kontinyu dari warna Biru ke Merah, sedangkan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh tiap-tiap warna tidak bergantung kepada arus listrik yang diberikan. Piranti OLED yang dapay menghasilkan dua jenis pancaran warna dapat diperoleh dengan menggunakan satu lapisan bahan emitter yang diperoleh dengan mengatur polaritas medan listrik yang diberikannya, sedangkan intensitas cahaya yang dipancarkan dapat diubah dengan mengatur besarnya medan listrik. Desain piranti ini menggunakan lapisan bahan emitter pyridine-phenylene atau thiopene-phenylene yang diapit oleh lapisan bahan emeraldine base dan bahan sulfonate dari polyaniline. Seiring perkembangannya, sekarang ini telah dimungkinkan untuk membuat piranti OLED yang dapat menghasilkan tiga pancaran cahaya dengan warna Hijau, Biru, dan Merah dalam satu piranti, dimana strukur OLED hanya dengan satu bahan emitter dengan kombinasi berbagai bahan sehingga terjadi proses rekombinasi yang komplek di dalam variasi bahan yang diperginakan. Struktur tersebut yang mengakibatkan pancaran cahaya dari masing-masing warna dan juga dapat diperoleh cahaya sebagai hasil dari kombinasi ketiga warna yang ada. Ketebalan lapisan emitter cahaya Merah, Hijau, dan Biru masing-masing adalah 65 nm, sedangkan untuk lapisan yang lainnya ketebalan berkisar antara 10 nm – 65 nm. Efisiensi kuantum dari desain piranti OLED untuk masing-masing warna sebesar 1.6% (warna biru), 0.55% (warna hijau), dan 0.3% (warna merah).

Piranti OLED multi-warna yang ada sekarang ini masih ada sedikit kekurangan, yaitu intensitas cahaya dengan warna tertentu yang dihasilkannya belum cukup kuat atau terang, yang sampai saat ini masih menjadi bahan pemikiran para peniliti untuk dicari solusinya. Adanya penelitian yang berkesinambungan dan dilakukan secara komprehensif seperti yang dilakukan di berbagai pusat riset di negara-negara maju, maka akan dimungkinkan akan dapat diperoleh solusi dengan cepat. Faktor lain yang merupakan keuntungan dari desain piranti OLED adalah biaya operasional yang relative rendah serta proses fabrikasi yang relatf sederhana jika akan dibuat untuk kebutuhan komoditi. Oleh karena faktor tersebut, maka dapat diharapkan pengembangan teknologi piranti LED yang tidak hanya dibuat dengan bahan-bahan semikonduktor seperti GaN, gaAs, dan sebagainya dengan teknik pembuatan MOVCD atau CVD yang memerlukan biaya operasional yang tidak kecil. Teknologi seperti OLED cukup tepat dikembangkan di Indonesia karena realita pengembangan teknologi di Indonesia yang disesuaikan dengan kemampuan budget yang terbatas dengan upaya memperoleh hasil yang optimal. Pengembangan teknologi alternatif seperti tersebut dapat dijadikan salah satu bentuk upaya untuk mengejar ketertinggalan perkembangan teknologi yang ada agar tidak semakin jauh sehingga ketergantungan penggunaan suatu produk teknologi dari Negara industry maju dapat dikurangi.

Daftar Pustaka :

· http://netsains.com/2008/02/menekan-pemanasan-global-dengan-lampu-led/

· http://www.ledlightbulb.net/index.htm

· http://en.wikipedia.org

· http://www.lrc.rpi.edu

· http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek13.html

tugas fisbang thermal

mau update lagi ah...

selama semester ini telah mengikuti kuliah fisika bangunan dan ada tugas individu dan software, kalo tugas individu disuruh buat semacam artikel..

selama kuliah disuruh buat 3 artikel, pertama artikel yang berhubungan dengan kenyaman secara Thermal suatu bangunan,selamat menikmati...hehe

Topik : Pengendalian Radiasi Matahari

Pengendalian Radiasi Matahari (Solar Radiation Control) merupakan salah satu langkah utama yang harus dilakukan dalam proses pendinginan secara pasif. Pendinginan secara pasif dapat dilakukan dengan mengatur 3 elemen, yaitu:

1. Suhu udara.

Mengatur suhu udara di dalam bangunan, seperti suhu pada pagi hari tidak terlalu dingin dan pada malam hari tidak terlalu panas.

2. RH / kelembaban udara.

Mengatur kelembaban udara di dalam bangunan, seperti saat pagi dan malam hari tidak terlalu lembab dan pada saat siang hari tidak terlalu kering.

3. Kecepatan angin.

Mengatur kecepatan angin yang masuk ke dalam bangunan dengan ventilasi alami.

Proses pengaturan sinar radiasi matahari dapat dicapai dengan memperhatikan 3 hal (Santamouris dkk, 1996), yaitu:

1. Orientation dan aperture geometry

2. Shading devices

3. Property of opague dan transparent surfaces

1. Orientation dan aperture geometry (orientasi dan bukaan jendela)

Orientasi dan bukaan jendela merupakan aspek yang selalu berkaitan erat dalam mengendalikan radiasi matahari yang masuk bangunan. Bangunan dengan kebutuhan sinar matahari untuk menghangatkan ruangan membutuhkan bukaan dari arah orientasi menuju sinar matahari. Sebaliknya bangunan dengan tingkat kebutuhan radiasi panas yang rendah membutuhkan bukaan dan ara orientasi yang menghindari bertatapan langsung dengan sinar matahari. Contohnya yaitu orientasi bangunan Timur-Barat berarti sisi bangunan yang terbesar mengadap arah Timur dan Barat, yang mengakibatkan kedua sisi tersebut mendapat radiasi matahari pagi dan sore yang relative berpotensi memanaskan ruang-ruang di dalamnya dan menimbulkan ketidaknyamanan termal. Pengguna bangunan dapat terganggu dan membutuhkan aksesoris bangunan seperti pembayang matahari dan pengkondisian udara buatan agar dapat menggunakan ruangan tersebut dengan baik. Sebaliknya dengan bangunan yang berorientasi Utara-Selatan, bangunan tidak akan mendapat radiasi matahari sebesar sisi Timur dan Barat, sehingga ruang-ruang yang menghadap Utara dan Selatan lebih nyaman untuk digunakan dan tidak membutuhkan pembayang matahari dan pengkondisi udara buatan. Contoh yang diberikan merupakan contoh dalam mengatur bentuk dan arah orientasi bangunan dari radiasi langsung matahari. Selain itu, posisi lokal dari equator perlu diperhatikan. Misalnya pada daerah dingin, radiasi matahari sangat diperlukan banyak pada waktu musim dingin. Berbeda dengan tempat pada iklim tropis, dimana perambatan panas ke dalam ruangan harus memperhatikan kenaikan suhu udara di dalam ruangan. Fungsi lain dari adanya bukaan jendela yaitu untuk lebih merespons arah angin datang agar proses penghawaan di dalam bangunan akan berjalan lebih baik dan mengurangi panas yang tersimpan di dalam bangunan. Pada daerah tropis, dianjurkan dalam mebuat orientasi bangunan, sumbu panjang bangunan sejajar dengan sumbu timur dan barat dan bersudut 5 derajat dari sumbu timur barat. Hal tersebut dimaksudkan agar bukaan yang ada menghadap utara dan selatan, sehingga bangunan berorientasi Utara-Selatan. Penetrasi sinar matahari langsung dapat diminimalkan karena sisi terpendek yang berhadapan dengan matahari berada pada sisi timur dan barat.

2. Shading devices (elemen pembayangan)

Penggunaan elemen pembayang merupakah langkah lanjutan yang dapat ditempuh setelah mengendalikan orientasi dan bukaan jendela. Orientasi dan bukaan jendala tak dapat ditoleransi dikarenakan kebutuhan perancangan, sehingga elemen pembayangan menjadi hal yang sangat penting dalam proses pengendalian radiasi matahari. Elemen pembayangan sangat fleksibel, karena dapat dirancang sesuai dengan posisi dan arah kedatangan radiasi matahari, sehingga bukaan dapat terlindung dari radiasi sinar langsung. Elemen pembayangan dibagi menjadi 2 klarifikasi, yaitu :

· Elemen pembayangan permanen (fixed shading elements)

Elemen pembayangan jenis ini bersifat permanen, yang terbagi menjadi 2 elemen dilihat berdasarkan posisi, yaitu posisi eksternal dan posisi internal. Posisi eksternal meliputi bentuk overhang, vertical fins, kombinasi horizontal dan vertical (egg-crate type). Sedangkan posisi internal meliputi bentuk ligh-shelves dan louvre di atas jendela.

· Elemen yang dapat diatur (adjustable/retracable shading elements)

Merupakan elemen pembayangan yang dapat diatur, terdiri dari 2 elemen berdasarkan posisinya, yaitu posisi eksternal dan internal. Elemen eksternal yaitu tenda, awning, blinds, pergola. Sedangkan yang termasuk elemen internal yaitu curtains, rollers, venetian blinds.

Elemen-elemen tersebut penggunaan operasionalnya sangat tergantung dari kebutuhan dari ruangan tersebut. Kombinasi dari penggunaan elemen pembayangan eksternal dan internal dapat memberikan pengendalian radiasi matahari yang lebih efisien, karena elemen tersebut dapat diubah menurut musim maupun harian. Elemen pembayangan yang sering digunakan yaitu teritisan yang terletak di atap rumah. Panjang teritisan pada keempat sisi rumah berbeda karena berhubungan pada bukaan dinding (jendela) tidak sama pada keempat sisi. Teritisan berfungsi untuk pembayangan dan bermanfaat untuk menghidari tampias jika musim penghujan dan melindungi bukaan. Pelindung lain dapat berupa pohon dan tirai untuk menghindari sinar matahari langsung.

Shading yang efektif digunakan harus sesuai dengan posisi lokal dan ekuator. Untuk wilayah yang berada di daerah equator atau khatulistiwa, lebih baik menggunakan elemen pembayangan permanen, sedangkan untuk daerah yang jauh dari khatulistiwa tidak diperlukan elemen pembayangan. Bangunan yang memiliki orientasi bukaan ke sisi Barat-Timur membutuhkan tambahan elemen pembayangan berupa elemen pembayangan yang dapat diatur, yaitu Louvres.

Faktor diluar bangunan yang dapat berfungsi sebagai elemen pembayangan adalah vegetasi di sekitar bangunan. Vegetasi yang berada dekat dengan jendela dapat memberikan efek pembayangan dan mengakibatkan berkurangnya radiasi langsung matahari. Penempatan vegetasi yang baik biasanya berada pada sisi Barat atau Timur, karena akan memanfaatkan panas untuk proses asimulasi sehingga akan menambah sejuk udara sekeliling bangunan.

3. Prperty of opaque dan transparent surface (bahan yang tak tembus cahaya dan transparan)

Bahan yang bersifat opaque dan permukaannya transparan mempunyai sifat yang berbeda dalam meneruskan radiasi langsung sinar matahari. Bahan yang bersifat transparan contohnya adalah kaca. Cara yang dilakukan untuk mengendalikan radiasi matahari dengan mengendalikan thermal property dari material kaca, sehingga penetrasi radiasi matahari dapat diatur jumlahnya. Penetrasi radiasi matahari menuju bangunan melalui jendela ditentukan oleh kualitas solar optical dari material kaca tersebut. Sifat material transparan dapat dikendalikan melalui aspek reflectivity, solar transmittance, dan absoprptance. Material transparan yang baik adalah dapat melewatkan cahaya tampak matahari namun mencegah masuknya panas dari radiasi matahari (infra-merah), untuk itulah dilakukan manipulasi sifat dari suatu bahan material yang sampai saat ini masih dikembangkan. Bahan yang bersifat opaque yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan radiasi matahari contohnya adalah dinding bata dan beton. Penggunaanya seperti untuk dinding bangunan maupun sebagai langit-langit. Radiasi matahari langsung akan masuk melalui atap, sehingga diperlukan pemasangan langit-langit, sehingga panas yang masuk dari atap dapat dicegah. Dinding bangunan sebaiknya menggunakan yang terdiri dari material yang dapat menghambat terjadinya perambatan panas secara cepat, baik memiliki sifat resistif maupun kapasitif. Penggunaan material tersebut dapat mengatur time lag atau keterlambatan waktu panas yang masuk dari luar bangunan ke dalam bangunan. Contohnya ialah apabila radiasi panas matahari mencapai puncaknya saat jam 12 siang yaitu misalnya 34°C, maka panas yang dirasakan di dalam bangunan mencapai maksimal dapat diatur misalnya panas maksimal dalam bangunan mencapai suh 28°C pada jam 3 sore. Hal tersebut dapat meringankan beban dari pendingin, karena tidak perlu dipakai terus-menerus dan lebih menghemat energi. Pemakaian beton, aspal, dan paving block di sekeliling bangunan harus dihindari agar panas dari radiasi matahari tidak menyebar dan masuk ke dalam bangunan.

Daftar Pustaka :

· http://herusu71.blogspot.com

· http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/02/lingkungan-thermis.html

· http://dahlanforum.wordpress.com

· http://fisbang.wordpress.com

· http://squ1.org/wiki/Shading_design

· http://en.wikipedia.org